PAGI ini langit masih hitam. Angin belum menggeliat. Belum ada lobang langit pun yang tertembus cahaya matahari. Aku duduk bersimpuh di depan Si Pemberi Hidup. Bagaikan berlutut di depan Dewa Pallas Athena, aku mengucapkan sebuah sumpah. Sumpah yang tertuang dalam sebuah cawan perjanjian. Perjanjian yang mengikat selama 40 hari 40 malam. Abu yang hari ini menempel di dahiku dan dahi orang-orang yang pulang dari pengasingan, menjadi tanda rekonsiliasi hidup. Cetak biru dan resolusi 2007 menjadi adonan lezat sajian dalam cawan perjanjian itu. Aku meminumnya. Sampai habis dan meninggalkan kerontang di cawan emas itu. Tuntas. Tanpa bekas.
Genderang perang telah ditabuh. Hanya ada dua pilihan: maju untuk menang atau maju untuk mati. Tidak ada alasan untuk tidak melangkah. Lihat saja 40 hari lagi, apakah aku mampu mengalahkan musuhku dan merebut cawan kemenangan atau mati sebagai pecundang? Sumpahku cuma satu: mengubah abu menjadi buku!
Wednesday, February 21, 2007
Cawan Perjanjian
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment