Friday, September 19, 2008

Tarian Cinta Untukmu

Tetaplah tidur. Mimpilah sesukamu. Malam di luar masih berjaga bersama bintang. Matahari pun masih tertidur lelap. Menunggu celoteh televisi menyampaikan renungan pagi. Mengabarinya sebuah hari baru. Tetaplah tidur. Mimpilah sesukamu.

Biarkan aku menjagamu bersama jam dinding di atas meja rias ibumu. Berharaplah bahwa pagi esok datang membawakan seribu matahari. Malam ini, bersama mesin ketik ini, kupersembahkan padamu sebuah tarian cinta. Tidak sekadar salsa. Bukan pula tango. Tapi, tarian cinta yang belum pernah ada di dunia ini. Tetaplah tidur. Mimpilah sesukamu.

Biarkanlah jari-jariku ini menari-nari. Berputar-putar. Meloncat-loncat. Menghentak-hentak. Menguarkan irama pengantar tidur. Berderap. Melesat dari satu abjad ke abjad yang lain. Merangkai seribu satu cerita tentang hidup kita. Tetaplah tidur. Mimpilah sesukamu.

Tentang mendung yang menggantung siang hari tadi tanpa menjatuhkan hujan. Tentang derasnya bunyi sahur dari mikrofon masjid yang menghujani pagi dan membuatmu terjaga sejenak untuk sepotong tangisan lantaran tenggorokanmu kerontang minta diisi susu. Tentang jam dinding di kamar mandi yang melaju lebih cepat lima menit. Tentang Adip, bayi montok seusiamu yang senang kau lempar senyum lesung pipitmu. Tentang engkong tua tetangga kita yang doyan mabuk dan menyetel keras-keras lagu mandarin setiap pagi menjelang.Tentang tukang koran yang datang tiap sabtu minggu dan berteriak lantang dari balik jeruji garasi rumah kita. Tentang Siti, pembantu rumah kita yang menggoreng cumi sampai gosong dan merusakkan topi biru kesayanganmu dengan larutan pemutih. Tentang Pak Ndut, si penjual mie ayam kesukaan ibumu, yang doyan membakar batok kelapa di depan rumah kita dan sebagian asapnya bertamu ke rumah kita tanpa diundang. Tentang nyamuk-nyamuk yang bersarang di kebon anggrek milik pak haji persis di samping rumah kita. Tentang petasan luncur yang meledak tepat di atas atap rumah kita pada malam larut. Tentang sabun curah milik ibumu yang mulai digemari ibu-ibu. Tentang boneka katak yang menggantung dan menari di jendela kamarmu. Tentang malam. Tentang siang. Tentang pagi. Tentang apa saja. Tentang kita. Tetaplah tidur. Mimpilah sesukamu.

Janganlah biarkan kekawatiran menganggu tidurmu. Janganlah takut karena aku akan terus menari untukmu. Jemari ini akan terus meloncat-loncat. Jejingkrakan. Berputar-putar. Berderap. Merangkai seribu satu cerita. Inilah tarian cinta. Tarian kehidupan. Tarian pengharapan. Tarian iman bahwa pagi nanti akan terbit seribu matahari.

Janganlah biarkan kekawatiran mengganggu tidurmu. Meski kamu harus tidur di malam-malam yang gerah karena angin tidak bertiup membawa dingin di kamarmu. Tapi, percayalah, aku akan terus menari. Pekan depan, kamarmu tidak lama lagi akan terasa sejuk seperti pucuk-pucuk Alpen yang dibalut salju putih. Di sana, kamu boleh tidur sesukamu. Biarkan tubuhmu menjadi montok seperti bayi malaikat. Tetaplah tidur. Mimpilah sesukamu.

Janganlah takut meski dunia tidak seideal yang kita mimpikan. Tapi, jangan pernah berhenti bermimpi. Meski kota ini semakin pengap. Panas. Padat. Meski kantong ini semakin tipis dan asat. Meski harga-harga barang kebutuhan semakin melesat. Kamu tidak usah takut.Langit akan terus memberi makan burung-burung di udara. Bumi setia mendandani bunga bakung di ladang. Berdoalah agar tarian ini tidak pernah berhenti. Meski badan lunglai dan jiwa terhimpit lelah. Kita terus menari agar langit terus menghujani rumah kita dengan rezeki. Tetaplah tidur. Mimpilah sesukamu.

3 comments:

Anak Bintang said...

More than words... salam sayang untuk Mbak Lia dan Jagad, semoga mereka tetap dalam lindungan-Nya. Uppsss, aku seneng bgt foto Jagad yang ini, jadi pengen pulang...
Take care, mas...

Helena D. Justicia said...

Aku mengagumi metamorfosismu, hehe... Barangkali karena aku menolak bermetamorfosis!

jance said...

pak yang inii keren bgth!!
hiyee.journalism class @sanur loves it!!^^