Wednesday, August 23, 2006

Chico Mendez: Bara di Hutan Amazon

AMAZON pada tahun 1980-an berwarna merah membara. Hutan yang hijau dan rimbun itu mulai tampak gundul karena penebangan hutan yang membabi buta. Ekologi dan ekosistem Amazon gusar dan terancam. Paling tidak, kegusaran ini muncul dalam hati seorang paruh baya berdarah Brazil bernama Chico Mendez. Chico Mendez lahir pada 15 Desember 1944. Ia lahir dan bertumbuh dalam lingkungan keluarga penyadap karet yang dikenal dengan nama seringueiros. Ia tumbuh dalam keluarga miskin dan buta huruf. Chico menjadi penyadap karet pada usia 9 tahun setelah dilarang sekolah.

Sampai tahun 1970, para juragan kebun karet melarang warga untuk sekolah. Lalu, Chico belajar sendiri dengan fasilitas yang jauh dari memadahi. Pengalaman kemiskinan dan ketertindasan justru mencetak karakter Chico yang pemberani dan solider dengan saudara-saudara senasib di Amazon.Praktik penyadapan getah karet ini pun sudah lama ada dan diturunkan dari generasi ke generasi. Getah karet menjadi tumpuan masyarakat Amazon dalam mengisi ceruk dapurnya. Getah itu bisa diolah menjadi berbagai macam produk, seperti ban kendaraan, penghapus pensil, dan perkakas karet lainnya. Tapi, penebangan liar yang ilegal dan serampangan juga menjadi masalah yang muncul kemudian hari. Ini menjadi sebuah ajang eksploitasi yang sangat membahayakan ekosistem hutan.

Chico Mendez mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang seringueiro.Amazon menjadi sebuah lahan yang menggiurkan untuk mengeruk banyak keuntungan. Banyak uang bisa diperoleh dengan menebang hutan dan mengganti lahanya menjadi tempat potensial untuk membuat pertambangan.Menyadari bahaya yang mulai dialami Amazon, Chico Mendez bangkit untuk meluncurkan berbagai kritikan pada kebijakan pemerintah dan perusahaan-perusahaan yang dinilai membahayakan ekologi. Mendez menjadikan dirinya sebagai sebagai oposisi dari industrialisme dan pejabat pemerintah yang korup dengan mengambil keuntungan dari penebangan hutan. Ia mengumpulkan banyak orang dan menjadi motor penggerak komunitas pencinta hutan di Amazon. Penyadaran atau konsientisasi pada masyarakat Amazon dilakukan.

Mereka mulai melakukan gerakan pencegahan penebangan hutan. Mendez mengorganisasi para petani karet untuk bekerja bersama dalam angka mempertahankan rumah dan lahan mereka sembari mencari dukungan internasional.Pada tahun 1970-an, Chico menjadi seorang pemimpin dalam sebuah gerakan non violence untuk mempertahankan hutan dan rumah meraka dari pengrusakan. Lima tahun kemudian, ia mendirikan Union Movement di Acre. Dia membantu Partai Buruh Kiri pada tahun 1979. Pada tahun 1985, Chico mendirikan Badan Nasional Petani Karet, sebuah organisasi non pemerintah yang bermisikan untuk melindungi dan melestarikan hutan dan perkampungan Amazon.

Dia juga yang mengorganisasi pertemuan nasional perdananya di Brazil dengan dukungan seorang anthropolog, Mary Helena Allegretti. Chico amat getol melawan praktik penebangan liar (illegal logging) demi kelestarian hutan. Tak lama, Chico mendapatkan dua penghargaan internasional, yakni Global 500 Award oleh Komisi PBB untuk lingkungan (UNEP) dan Ted Turner’s Better World Society Environment Award. Dengan bantuan Stephan Schwartzman dari Environmental Defense dan lembaga lain, Chico menjadi dikenal secara internasional sebagai seorang petani karet, pemimpin serikat, dan aktivis akar rumput Brazil.

Mendez bertempur dengan gagah berani melawan praktik penindasan. Jiwa kepemimpinan lelaki kampung ini mampu menggetarkan perusahaan-perusahaan besar yang mengekploitasi hutan. Ia membela sistem perlindungan pertanian dan mendesak para sahabatnya untuk menggunakan cara-cara non kekerasan untuk melawan korporasi yang telah merampok lingkungan hidup mereka. Sikap radikal Mendez dan kawan-kawan tercium pemerintah. Tak lama, berbagai penculikan, penangkapan, bahkan pembunuhan terhadap para aktivis pembela masyarakat Amazon pun terjadi. Teror dan ancaman sering diterima Chico Mendez.

Akhirnya, Mendez berhasil dijebloskan ke dalam penjara, didera dan diancam. Tapi, jeruji penjara dan siksaan tidak membuat Mendez patah arang untuk mewujudkan misi menyelamatkan hutan tercintanya. Pada tahun 1988, seorang tuan tanah bernama Alves de Silva memerintahkan untuk membunuh Mendez. Tapi, rencana ini justru membuat gerakan rakyat (grassroot) semakin besar. Dan pada 22 Desember 1988, Chico Mendez dibunuh di sebuah tempat yang tidak jauh dari rumahnya.

Tapi, benarlah pepatah jikalau gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, maka ia tinggal satu biji saja. Jika mati, maka ia akan tumbuh dan berbuah banyak...Kematian Chico Mendez tidak memadamkan api semangat para pejuang lingkungan. Sebaliknya, api itu semakin berkobar dengan munculnya gerakan-gerakan pelestarian lingkungan hidup.

No comments: