Thursday, February 15, 2007

Dasar Alfred Hitchcock!

PERNAH nonton film dengan ending menggantung? Lihat saja film besutan penulis thriller detektif Alfred Hitchcock berjudul “The Birds.” Biasanya cerita-cerita yang dilumuri dengan misteri atau teka-teki pasti di bagian akhir akan dipaparkan jawaban dari misteri atau teka-teki itu. Tapi, The Birds (1963) lain. Film yang dibintangi Tippi Hedren, Rod Taylor, dan Jessica Tandy itu justru menggantung teka-teki itu. Selama hampir dua jam, aku, istriku, dan kakak perempuanku memelototi layar kaca tempat film format VCD itu diputar. Mengikuti adegan demi adegan. Tegang. Penuh spekulasi. Tebak-tebakan. Tapi, sebelum teka-teki tuntas dijawab, film berakhir. Dan apa yang terjadi? “Yeahh,” keluh istriku. “Coba dicek, mungkin ada tiga disk?” kata kakak. Aku pun mengecek sampul disk. Cuma dua disk. “Mungkin ketinggalan di rental?” tanya kakakku dengan penasaran. “Yah, kita dikibulin Hitchcock,” imbuh istriku mengumpat. Tertawa pun meledak di antara kami bertiga.

Hitchock bercerita tentang burung. Begitu diputar, gambar gerombolan burung terbang ada di depan mata. Riuh. Nuansa misteri seputar burung sudah terasa di awal. Ada suasana horor di sini. Adegan berlanjut dengan perjumpaan tak sengaja antara Melanie Daniels (Tippi Hedren) dengan Mitch Brenner (Rod Taylor) di sebuah petshop di San Fransisco. Mitch bermaksud membeli burung cinta (love bird) untuk kado ulangtahun adiknya. Mitch dan Melanei pun terlibat obrolan. Berlanjut hubungan. Ternyata Mitch adalah kampiun hukum yang sedang mengikuti kasusnya Melanie.

Suatu siang, Melanie berusaha melacak keberadaan Mitch. Tak susah lantaran latar hidup Melanie di bidang media. Penelusuran ini membawa Melanie pada sebuah kota kecil di pesisir pantai. Namanya Bondega Bay. Sesekali film menanyangkan adegan layang burung-burung pantai. Konflik pertama tiba saat tiba-tiba segerombolan burung menyerang Melanie tanpa sebab jelas. Serangan burung kemudian sering terjadi. Burung-burung pantai menyerang anak-anak yang sedang pesta kebun. Warga sekitar pantai gerah. Lebih-lebih, ketika ditemukan seorang tua mati terkapar di ruangan dengan mata berlobang akibat patukan burung ganas. Tubuhnya bersimbah darah. Teror burung ini menjadi siaga empat bagi warga Bondega.

Melanie, Mitch, dan warga yang lain berusaha keras melindungi diri dari teror unggas udara itu. Semua pintu dan jendela rumah dikunci. Cerobong asap ditutup. Evakuasi pun sebisa mungkin dilakukan. Nah, pada sesi teror-teror ini, kami pun mulai berspekulasi tentang berubahnya karakter burung-burung pantai itu. Dari karakter lembut dan sedap dipandang, menjadi menakutkan dan penebar maut. “Mungkin gara-gara burung cinta yang dibeli Mitch?” kata istriku. “Aku pikir karena ada pencemaran pantai oleh limbah kimia. Limbah itu menyebaban mutasi. Burung-burung itu menjadi ganas,” kataku menduga. “Mungkin karena kekuatan sihir dari sosok perempuan tadi,” timpal kakakku.

Spekulasi akhirnya menemui jalan buntu. Saat adegan evakuasi dari keluarga Mitch selesai, film pun berakhir. Selesai. Narasi rampung dengan menggantung pertanyaan. Lah?!!

Penasaran dengan semua ini, aku berusaha mencari tahu. Dan benar! Memang Hitchcock sengaja mengakhiri filmnya dengan menggantung. Tidak biasa seperti akhir sebuah film pada umumnya. Di situs Hitchcock TV, ditegaskan dalam review: “The film does not finish with the usual "THE END" title because Hitchcock wanted to give the impression of unending terror.” Uhh, Dasar!

Film Hitchock ini mengukir impresi tersendiri bagi aku dan istriku. Lihat saja, saat kami berbaring di ranjang sambil melihat langit-langit kamar, kami pasti terkekeh bila mengingat film itu. Benar-benar terpingkal-pingkal. Hitchock, Hitchcock!

Aku mengenal Alfred Hitchcock saat duduk di bangku SD. Pada masa-masa inilah aku doyan sekali membaca serial novel Trio Detektif-nya. Dalam Trio Detektif inilah, aku mengenal sosok anak muda bernama Jupiter Jones, Pete Crenshaw, dan Bob Andrews dalam berbagai petualangan. Judul seri yang sempat aku ingat antara lain Misteri Hantu Hijau, Misteri Kurcaci Gaib, Misteri Puri Setan, dan Misteri Pulau Tengkorak. Trio Detektif menjadi bacaan detektif alternatif di samping Lima Sekawan karya Enid Blyton. Tapi, cerita The Birds, sungguh lain, deh. Ya, dasar Alfred Hitchcock!

3 comments:

Anonymous said...

film tipe begini justru bikin byk berpikir dan membuat kita memiliki masing-2 akhir dari cerita yg kita masing2 inginkan juga...hehehe...

dulu, ada serialnya ditv kan? selalu sy tunggu2 dan bela-2in...

hessti said...

trio detektif dikarang robert arthur, kemudian diteruskan william arden dan 2 penulis lainnya. alfred hitchcock cuma cameo aja. pada masa2 awalnya cuma sebagai daya tarik pembeli buku.

thnx
penggemarberattriodetektif
estalope.multiply.com

rhechan said...

Hmm,,jadi ternyata trio detektif bukn karangan Alfred ya,, But, Whoever pengarangnya,,trio detektif teteup Keren euy,,
Oya,back 2 Alfred,,aq blm pernah nonton Film garapnnya,mgkn krn udah lampau bgt yaa?? Btw, bisa kasi tau judul Filmnya yg Paling Keren ga ??
Thx b4