BARU kali ini aku nguber-uber tokoh dunia. Riyo Mori, Miss Universe 2007. Rabu, 7 Agustus 2007, matahari masih menggantung rendah di balik bukit Sentul. Redaksi memintaku wawancara eksklusif dengan Ratu Sejagat asal Shizuoka, Jepang itu. Tapi, jelas tidak mungkin untuk sepotong pembicaraan eksklusif. Selain tidak ada deal-deal khusus redaksi, penjagaannya pun lumayan ketat. Dua bule kepala pelontos tampak seperti guardian angel Riyo Mori.
Gara-gara Riyo Mori, aku harus bangun pukul 4 pagi. Memanasi 2 macam sayuran untuk sarapan pagi. Menyeduh secangkir teh. Mendadar 2 telor ayam. Menanak nasi dalam rice cooker. Dan menyajikannya dengan rapi di meja makan. Aku sendiri tidak sempat mencicipi hidangan itu. Keburu mandi. Mendaratkan satu kecupan di kening orang terkasih. Trus bergegas meluncur ke kantor untuk mengejar sebuah tumpangan ke Sentul. Tempat Putri Negara Matahari Terbit itu mau menanam pohon dalam acara Go Green.
Bola rakasasa semakin meninggi. Panas mulai menggerayangi punggung. Aku dan temenku fotografer pun bangkit. Mencari sebuah teduhan. Riyo Mori pun belum nongol juga. Seorang wartawan dari Harian Suara Karya menawari sebuah undangan minum kopi. Kami pun menuruni bukit. Menemui sebuah warung kopi di ujung jembatan.
“Aku pesan satu jepretan saat aku wawancara atau di dekat Riyo Mori, ya!” pintaku pada temen fotografer. Maklum, aku mendadak terkena sindrom pengabadian bersama selebriti dunia itu.
15 menit berlalu. Aku sudah berada kembali di bawah tenda utama. Tak lama, rombongan Riyo Mori pun tiba. Riyo Mori hadir di depan mataku didampingi Putri Raemawasti sebagai Putri Indonesia 2007 dan Asyera Riza Pitaloka selaku Putri Lingkungan 2007. Riuh rendah suara dari bibir anak-anak SD dan lambaian bendera Merah Putih menyambut Mori yang dibalut oleh busana serba hitam itu.
Menurutku, wajahnya cukup familiar. Tidak begitu cantik. Tapi anggun. “Wajah seperti itu, di blok M banyak. Tapi, bedanya, dia pintar,” kata temanku meledek. Tapi, kelihatannya, semua mata tak bergeming saat Riyo Mori berdiri memberi sepotong sapa. Sungguh sexy. Kain hitam yang menutupi tubuhnya terlalu pendek untuk sepasang kaki jenjang dan putih. Belum bando hitam yang melingkar di kepala, tempat bibirnya mengukir senyum khas perempuan Asia.
Lebih-lebih, saat perempuan kelahiran 24 Desember 1986 itu menenam pohon. Ratusan pasang mata dan puluhan kamera semua tertuju padanya. Gaun dengan potongan rendah itu tak kuasa menutupi dadanya. Belahan dadanya begitu tegas. Membuat sebagian peserta Go Green tak bergeming. Lupa akan matahari yang mulai merangkaki puncak. Menyulut panas di sekujur tubuh. Dasar laki-laki!
Dengan bahasa Jepang dan didampingi seorang penerjemah, Riyo Mori memberi sepotong sapa. Ia mulai bicara tentang busana tradisional Indonesia. Tentang HIV-AIDS. Tentang global warming. Semua berjalan singkat. Sehabis menanam pohon, sosok Riyo Mori pun lenyap di balik gundukan bukit.
Sore hari, seorang panitia memberi kesempatanku mewawancarai Riyo Mori di Hotel Nikko Jakarta. Katanya, hanya 5 media yang diundang untuk wawancara khusus. Pukul 16.00, aku pun tiba di Ballroom Nikko. Tapi, Riyo Mori tampil dalam acara fashion show yang digelar Accent, merek busana perempuan ternama di tanah air. So, tidak ada jeda untuk interview dengan wartawan. Kali ini, ia tampil sangat cantik. Diam-diam, aku pun mengaguminya.
Ya, sudah. Aku pun duduk manis menyaksikan fashion show itu. Lumayanlah, sekalian memanjakan mata dengan liak-liuk gerak para model memerkan busana. Sempat kaget juga ada seorang model yang terjungkal di panggung lantaran licin. Membuat terhenyak dan rasa iba. Ada-ada saja.
Berpose bersama Riyo Mori pun tidak kesampaian. Gara-gara temen fotograferku disibukkan dengan Putri Indonesia. Tapi, aku mampu menerobos kerumunan, mengenyahkan dua bule berkepala pelontos, dan menyalami Riyo Mori. Sebuah sapaan “hey” meluncur dari bibirnya bersamaan dengan tangannya menyambut hangat tanganku. Kami beradu pandang dan saling melempar senyum. Sebelum dua sosok bule pelontos itu menggiringnya menuju hotel. Senyum itulah yang belum juga hengkang dari kepalaku. Andai saja...
Riyo Mori dinobatkan sebagai Miss Universe pada Mei 2007. Sebelum menjadi model, Mori dikenal sebagai penari sejak usia 4 tahun. Dia belajar tari di Quinte Ballet School of Canada. Katanya, dia masih menyimpan sepasang sepatu belajar balet pertamakalinya. Digelari Miss Jepang pada 15 Maret 2007.
Riyo Mori. Riyo Mori. Jelas, dikau tak bakalan kulupakan. Kamu telah membuatku bangun pukul 4 oagi. Memanasi 2 macam sayuran untuk sarapan pagi. Menyeduh secangkir teh. Mendadar 2 telor ayam. Menanak nasi dalam rice cooker. Uhh!
2 comments:
wah senangnya bisa wawancara miss universe
Your blog keeps getting better and better! Your older articles are not as good as newer ones you have a lot more creativity and originality now keep it up!
Post a Comment