Friday, January 11, 2008

Gadis Peramal dari Belitung

WAKTU kadang bertingkah aneh bin ajaib. Bayangkan saja sudah sekitar 8 tahun aku berpisah dengan gadis ini dan baru dua hari lalu aku menemukan kontaknya. Pernah di waktu-waktu senggang aku memikirkan bagaimana caranya mengontak dan menemui gadis ini. Tapi selalu nihil. Nomer ponsel yang dulu pernah ada raib bersama diambilnya ponselku oleh tangan misterius saat aku menumpangi bus yang melintasi ruas jalan Tomang beberapa tahun silam. Sekalipun otak diputar-putar, diurai lipatan-lipatan neuronnya, dan digelar di bawah terik matahari yang paling terik, aku tetap tidak menemukan cara menjumpai gadis itu. Gadis itu mungkin sudah hilang abadi. Ia seperti satu larik kalimat usang yang terlihat samar dan menempel di dinding batok kepalaku dengan sedikit berlumut.

Tapi, dua hari lalu, saat aku membolak-balik halaman sebuah buku untuk sepotong referensi buat cerpenku, aku menemukan jejak pensil yang merangkai namanya. Di situ tergores nama Ovi lengkap dengan dua nomer telepon. Satu nomer rumah berkepala 7. Satu lagi nomer ponsel. Aku masih belum percaya benar itu adalah nama diri dan nomer ponselnya. Aku berupaya mengingat-ingat kapan aku menuliskannya di buku itu. Aku mendadak seperti kakek temanku yang sudah pikun dan sedang berupaya keras memutar otak untuk mengingat-ingat nama cucunya sendiri.

Mengapa gadis ini begitu istimewa? Aku mengenal Ovi saat aku masih menjadi anak kos di tahun terakhir kuliah filsafatku di Cempaka Putih. Saat itu, seorang kawan membawanya ke tempat kosku untuk sepotong perkenalan. Ia mengaku seorang mahasiswi dari IKIP Jakarta. Obrolan demi obrolan membuat kami semakin nyambung saja. Gadis ini berparas manis. Bermata oval. Rambut ikal dengan potongan pendek. Titik-titik jerawat menghiasai kedua pipinya yang merona. Bila tersenyum, jerawat-jerawat itu berubah menjadi manik-manik yang membuat wajah imutnya seperti gula-gula paling manis di dunia. Jujur kataku, saat garis bibirnya melengkung ke atas, manisnya minta ampun. Tapi, senyum manis itu adalah milik gadis bertubuh kerempeng lantaran kekuatan aneh menghisap tubuhnya. Tubuhnya cilik, ciut, dan terkesan ringkih.

Ovi adalah seorang gadis unik. Dia mengaku memiliki kekuatan membaca pertanda. Mirip-mirip seperti Mama Laurent maupun Permadi. Kekuatan ini dicurahkan dari langit kedalam dirinya sejak lahir. Pernah ia bercerita betapa sakit hatinya ketika membaca ada seorang kenalan yang akan mengalami penderitaan. Maksudnya, ia bisa membaca nasib orang. Pernah ada keinginan membuncah memintanya meramal nasibku. Tapi selalu berujung urung. Pengetahuan ini telah membuatnya lelah memikirkan nasib orang lain. Sampai-sampai pikiran ini seakan menguras energinya sekaligus menghisap tubuhnya menjadi sosok gadis kerempeng.

Ia juga dikaruniai kemampuan merasakan kehadiran mahkluk halus. Bahkan, berkomunikasi dengan mereka. Ini pernah ia ceritakan ketika kami sedang menyusuri malam dalam naungan bayangan dahan-dahan pohon yang tertimpa sorot lampu kota di sepanjang jalan Utan Kayu. Utan Kayu, tepatnya Teater Utan Kayu (TUK) adalah tempat favorit kami menggelar perjumpaan. Entah menonton pertunjukan teater, festival film, tari, maupun sekadar diskusi ngalor-ngidul. Maklum, waktu itu, kami mahasiswa dengan idealisme meluberi volume kepala. Apalagi tahu sendiri, saat itu gerakan reformasi lagi unjuk gigi.

Hampir tanpa absen, ia juga doyan menggabungkan diri dalam diskusi rutin hari Senin di kampusku. Sebuah forum diskusi Senin siang yang dinamai Mazhab Jembatan Serong. Suatu ketika, ia pernah bilang, aku adalah saudaranya. Tepatnya adalah kakaknya. Predikat dadakan ini sempat membuatku merenung lama. Lalu, entah kenapa waktu 8 tahun telah menculik gadis itu ke sebuah daerah yang tidak sembarang orang tahu.

Nah, setelah menemukan nomer kontaknya, segera aku menelponnya. Telepon rumah tidak bisa dihubungi. Lalu kutelepon nomer ponselnya. Ternyata yang angkat bukan dirinya melainkan orang lain yang mengaku saudaranya. Saat hampir putus asa, orang berpita suara sopran itu mengabari bahwa Ovi sudah tidak di Jakarta, melainkan tinggal di Belitung. Orang itu memberiku nomer ponsel Ovi yang baru.

Mendengar kata ‘Belitung’ sontak memoriku langsung berteriak, “Laskar Pelangi!” Tidak salah. Belitung itukan tanah kelahiran Andrea Hirata, pengarang novel Laskar Pelangi. Aku terkekeh renyah sambil mengenang karakter-karakter ‘dodol’ tentang anak-anak Belitung seperti yang diceritakan Andrea Hirata. Nah, hari juga aku menelponnya.

Dag-dig-dug dan penasaran mengiringi bunyi nada sambung ponselnya. Jiwaku seperti keranjingan untuk segera mengetahui kabar dari gadis itu. Akhirnya, babak pembukaan selesai dengan selamat. Kami berdua sama-sama menuai kejutan. Kami pun seperti terlibat dalam sebuah reuni dadakan meski kami terpisah jarak ratusan atau bahkan ribuan kilometer. Serpihan peristiwa masa lalu berloncatan seperti bunga-bunga api memancar dari batang kembang api di malam tahun baru kemarin. Ia sempat mengobrol soal Laskar Pelangi. Tapi, obrolan itu tidak lama. Maklum pulsa nomer ponselku mendadak berubah wujud menjadi seorang tiran kejam yang melarangku mengobrol lama. Lalu aku akhiri rendezvous online itu dengan harapan kita akan kontak-kontakan lagi.

Intinya, gadis itu sekarang tinggal di Manggar, ibukota kabupaten Belitung Timur. Ia bekerja sebagai pegawai negeri di kantor Dharma Wanita kabupaten. Tiga kali dalam seminggu seusai melepas seragam pegawai negerinya, ia mengisi malam hari dengan bercuap-cuap sebagai presenter di sebuah stasiun radio FM di sana. Saat aku menelepon, ia sedang libur dan sibuk membantu temannya yang sedang punya hajatan nikah. Ada suara latar berupa cuap-cuap ayam kampung saat kami melangsungkan pembicaraan. Membuat imajinasiku semakin mengerti seperti apakah Belitung itu.

Oiya, aku kembali menelepon dirinya untuk menanyakan nama lengkapnya. Maklum terlalu lama hidup di bangsa pelupa, jadi ketularan amnesia. Nama lengkap gadis itu Yunita Oviantari.

4 comments:

Paris Turnip said...

wah, kisahnya seperti sedang menonton 'Serendipity' sambil membaca 'Laskar Pelangi'. Anyway, semoga bisa bertemu kembali dengan Ovi.


Salam Kenal

Anonymous said...

OhOo hOo maS di sini Lgi Ad mBak Ovi.,,.
mo di salaMin ap.,., Klo ada ap2 ato pngn ngontak mbk ovi ke aku aj.,. bka di friendster aku ajah yah..,.,
^~^

Anonymous said...

World Of Warcraft gold for cheap
wow power leveling,
wow gold,
wow gold,
wow power leveling,
wow power leveling,
world of warcraft power leveling,
world of warcraft power leveling
wow power leveling,
cheap wow gold,
cheap wow gold,
buy wow gold,
wow gold,
Cheap WoW Gold,
wow gold,
Cheap WoW Gold,
world of warcraft gold,
wow gold,
world of warcraft gold,
wow gold,
wow gold,
wow gold,
wow gold,
wow gold,
wow gold,
wow gold
buy cheap World Of Warcraft gold w3a6n7ld

Didit said...

dulu pernah punya adik kelas juga namanya yunita oviantari...
didit