KENAPA Liana menatapku demikian? Gadis cilik berbalut busana biru telor ini menatapku aneh. Rautnya penuh keheranan. Bola matanya bening. Bibirnya merapat. Membentuk garis melengkung ke atas. Dia berdiri tak bergeming di depanku. Melupakan sejenak bola-bola kecil yang jatuh berderai di lantai. Bola-bola yang sejak siang tadi dimainkan di sela-sela kakinya yang terhuyung.
Tatapan itu membuatku sedikit salah tingkah. Ada energi keluar dari bola matanya. Aku heran dan penuh tanda tanya. Apa yang ingin kamu katakan padaku Liana? Aku seorang lucukah bagimu? Atau kamu sedang jatuh cinta padaku? Buruk rupakah aku? Atau kamu mau mengatakan sesuatu yang lain: udara Sawangan yang cukup gerah, rambut gondrongku, buramnya kacamata minusku, atau kamu mau bercerita tentang ibumu, bapakmu, mimpi-mimpimu, rindumu pada hujan. Jujur, aku tidak tahu. Sayang kamu belum bisa mengatakan maksudmu dengan bibir manismu itu.
Kejadian serasa terulang pada petang hari. Seorang gadis cilik berbalut busana merah jambu menatapku aneh. Gadis cilik yang berdiri mematung di antara kaki-kaki orang dewasa di ruang tunggu Teater Kecil itu memancarkan paras keheranan. Bibirnya merapat. Membentuk garis melengkung ke atas. Aku tersihir untuk ikutan mematung. Gadis kedua ini pun membuatku sedikit salah tingkah. Sampai seorang teman yang sedang menikmati standing party pembuka malam seni itu menepuk bahuku.
“Lihat, anak itu menatapmu! What’s going on?”
Aku juga tidak tahu. Dalam satu hari, dua gadis cilik menatapku penuh keheranan. Tanpa sebab jelas. Tidak ada yang tahu selain kedua gadis cilik itu. Sementara itu, dua tahun silam, seorang sahabat pernah mengatakan sesuatu. Aku jadi mengingatnya setelah berjumpa dua gadis cilik itu.
“Ada anak kecil di dalam dirimu,” kata sahabatku.
Monday, September 03, 2007
Anak Kecil di Dalam Diriku
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
kadang kita hanya bisa mencari arti dengan memandang orang lain. Meski tidak semua tanda bisa menjadi makna.
Post a Comment